Kata
seorang ilmuan, hujan memiliki kemampuan menghipnotis manusia untuk
meresonansikan ingatan masa lalu. Di dalam hujan ada lagu yang bisa didengar
oleh mereka yang rindu. Setelah dimaknai betul kalimat itu, ternyata benar. Ada
kisah klasik tersendiri ketika mendengar dan melihat rintik-rintik hujan, ada
kenangan yang seolah-olah ingin kembali menyeruak. Dan entahlah... hujan ini...
tiba-tiba mengingatkan aku akan masa putih biru itu. Ko kangen yak? Ko rindu
yak? saat-saat perasaan bergejolak ingin sebuah keterakuan bahwa
"aku" ini "ada". "aku" ini "bisa". dan
"aku" ini "kuat". Apakah memang seperti itu masa remaja?
Apakah hanya aku saja yang terlalu bersemangat saat itu? Berusaha kembali
bangkit, jatuh, bangkit, jatuh, dan bangkit lagi, bahkan sampai lupa sudah
berapa kali aku meminta motivasi beliau. Saat itu... rasanya ingin sekali
berontak, ingin sekali menyampaikan hal itu. Namun selalu terdiam ketika
berhadapan, selalu bungkam tak mau berkata. Orang itu... telah membuatku
merasakan sakit, telah berhasil menggoreskan luka ini, telah berhasil membuat
ku paham akan artinya disakiti. Tapi karna kamu, aku jadi tahu betapa
bahagianya merasakan cinta, betapa bahagianya merasakan rindu, betapa
bahagianya bisa berbagi sesama.
Kamu
tahu? aku sangat suka sekali dengan cerita ini.
Ada dua
orang sahabat yang pergi jauh bersama. Katakanlah sahabat A dan B. Sampai suatu
ketika tiba di suatu pantai, ada seorang tua renta yang meringkih kesakitan
karena menahan rasa lapar berhari-hari. Mereka
hanya memiliki sepotong roti. Sahabat A berniat memberikan roti untuk Bapak
renta itu. Tetapi sahabat B tidak setuju dengan pendapat A dengan alasan
sebagai bekal untuk perjalanan mereka selanjutnya. Akhirnya mereka berselisih
pendapat hingga tanpa disadari akhirnya sahabat B menampar sahabat A. Kemudian
dengan lemah lembutnya, sahabat A berkata “Hari ini, sahabat baikku menamparku”.
Kemudian ia menuliskannya di atas pasir pantai dengan harapan rasa sakit hati itu
akan segera hilang tersapu deburan ombak.
Perjalanan
pun kemudian dilanjutkan hingga tiba di suatu jalan dengan tebing yang sangat
curam. . Berjalan-berjalan-dan-berjalan lagi sampai tiba-tiba A terpeleset dan
hampir saja jatuh ke jurang dalam hitungan detik. Dengan wajah pucat pasi, B
langsung menggenggam lengan A, menariknya ke atas, kemudian memeluknya dengan
sangat erat. Lalu A kembali berkata “Hari ini sahabat baikku menyelamatkan
nyawaku”. Kemudian ia menuliskannya di batu besar dengan harapan kebaikan B
tidak akan terhapus oleh apapun.
Taukah
kamu sahabat ku? Kamu pernah membuat luka di hati ini, namun aku ingin seperti
sahabat A yang menuliskan sakit itu di
pasir pantai dengan harapan yang sama bahwa rasa sakit itu akan segera hilang
dan menguap karna ombak dan angin. Begitu pun dengan kebaikanmu sahabat ku, aku
ingin menuliskannya di batu besar, hingga tidak ada siapapun atau apapun yang
dapat menghapusnya kebaikanmu dari hatiku. Insya Allah.
Oh
hujan... trimakasih, karna kehadiranmu aku kembali mengingat dan merasakan saat
itu. Dengan ini, aku berusaha memberikan yang lebih baik lagi untuk
sahabat-sahabat ku di sini, memberikan yang lebih baik untuk keluarga kecil ku
di sini, sekali lagi trimakasih hujan kau telah mengingatkanku... :)
*karna hujan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Comment disini yak..