Senja ini... beliau memulai halaqoh dengan penuh kekhusyu'an, dengan penuh keteduhan, dengan bashirahnya yang
kuat, beliau bisa memahami kondisi mentee nya yang sedang galau, oh tidaaakk embaaaaaa
*tau aja >.< Dan dengan lemah lembut beliau memulainya dengan
mengucap basmallah.
Baiklah... saya hanya ingin share saja
Bismillahirrahmanirrahiim
Memang seperti itulah dakwah. Dakwah
adalah cinta. Dan ia akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu.
Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu. Bahkan di tengah lelapmu, isi
mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yang kau cintai. Subhanallah... saya
sampai hafal kalimat itu, karna dari seringnya mendengar. Ya, kalimat cinta
tentang dakwah dari K.H. Rahmat Abdullah...
"Istiqomah", tidak ada yang
dapat mengetahui sebuah keistiqomahan, karna ia adalah sebuah rahasia yang akan
terus kita kejar. Dalam dakwah, bukan perjalanan yang mulus-mulus saja, namun
penuh lika-liku dan peliknya masalah, maka dari itu, harus ada pengokoh dakwah.
Apa saja yang ada dalam pengokoh dakwah? Baiklah, kita coba share satu
per satu yuk...
Dalam karakteristik dakwah ada 'Amaliyatudda'wah
(Asy-Syarh: 7) ==> Dakwah ada karena ada masalah, dakwah ada karena ada
sesuatu yang harus diselesaikan. Karaktersitik utama 'amaliyatudda'wah yaitu
jangan mencari zona nyaman dalam dakwah, dakwah itu penuh onak dan duri, dakwah
itu pahit, dan hanya sedikit pula yang mau menempuh jalan itu. Namun yakinlah,
dibalik itu semua ada sebuah ganjaran besar yang telah Allah persiapkan.
'Amaliyatudda'wah akan senantiasa
segar, akan senantiasa berdenyut jika ada bithonatudda'wah (Ali-Imran: 118)
yang artinya teman kepercayaan. Dalam
ayat tersebut dijelaskan bahwa janganlah menjadikan teman kepercayaan diluar
agama islam. Teman kepercayaan ini ibarat kain furing, tidak terlihat namun
sangat dibutuhkan *bagi pakaian tipis. Teman kepercayaan ini tidak pernah unjuk
gigi, namun fungsional.
Sama halnya ketika dahulu Rasulullah
memiliki teman kepercayaan. Ketika dakwah era Mekkah digencat, Hudzaifah yang
diminta Rasulullah menginap di kemah Abu Sufyan (musuh) untuk memata-matai.
Subhanalllah... begitu besarnya pengorbanan beliau. Bayangkanlah, memata-matai
di tempat musuh, akan sangat besar resikonya. Kemudian ada lagi sahabat
Rasulullah, lupa tapi namanya siapa -_-, *note:
kayaknya mesti buka-buka lagi deh karakteristik dakwah Rasulullah, kalo yang
ginian aja lupa, tapi kalo hal yang lain aja inget teruusss, prihatin deh gue :(
Pada intinya sahabat itu (sebut saja
Fulan) memegang buku berisi daftar nama-nama orang munafik. Rasulullah berpesan
jangan sampai ada orang lain yang tahu, siapapun tak terkecuali. Kala itu Umar
ingin sekali tahu daftar nama-nama orang munafik yang ada di buku itu, apakah
dirinya termasuk daftar orang-orang munafik itu. Beliau sangat penasaran,
tetapi sahabat Rasulullah yang diberi kepercayaan memegang buku itu tetap
menolak untuk memberikannya pada Umar, karna sahabat itu sudah diberi
kepercayaan Rasulullah dan akan menjaganya walau apapun yang terjadi. Itulah
bithonatudda’wah.
Pertanyaannya adalah, sudahkah kita
menjadi teman kepercayaan wajihah kita? Sudahkah kita menjadi kepercayaan qiyadah kita? Dan sudahkah kita
menjadi teman kepercayaan kawan-kawan seperjuangan kita? Jawabannya ada dalam
diri masing-masing, menjadi bahan renungan diri sendiri juga :(
Nah, mungkin langung saja ke
pembahasan intinya yaitu 6 pilar pengokoh dakwah
1. Dukungan dan sambutan yang beragam
(Ali Imran: 146)
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa banyak nabi
yang berperang didampingi pengikutnya yang bertaqwa. Didampingi pengikutnya,
inilah yang disebut dukungan. Dukungan ini tidak hanya berbentuk dari
orang-orang atau pengikutnya saja, tetapi bisa dari keluarga dan materi.
Seperti Almarhumah Ustadzah Yoyoh Yusroh, beliau berdakwah didukung oleh
keluarganya yang sangat kuat. Kalau kita memiliki waktu dari jam 6 pagi sampai
jam 9 malam, sedangkan beliau itu subhanallah sekali sampai jam 3 pagi pun
beliau masih berdakwah, ya karna dari keluarganya pun mendukung sangat kuat.
Kemudian dukungan dalam bentuk materi. Benar saja, ketika dakwah didukung dari
materi yang cukup kuat, maka akan memudahkan. For example ketika sebuah wajihah dakwah ingin mengadakan agenda
syiar yang besar-besaran, namun karna tidak ada dana atau sumber dana kurang,
maka kelancaran dalam dakwah akan sedikit terhambat. Maka dari itu, kita harus
mendekati stake holder yang terlibat
atau yang ber-doeit.
2. Soliditas internal yang kuat
(As-Saff: 4)
Ayat ini yang menjadi bagian ayat hafalan
favorit ketika tekad 2 kalo gak salah. Yang bunyinya adalah “Sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka
seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh” dan Q.S Ali-Imran: 103.
Disinilah yang biasanya menjadi permasalahan
klasik. INTERNAL == > UKHUWAH. Jangan sampai kita yang menjadi trouble maker, janganlah membuat
keresahan-keresahan di internal. Hingga retaknya uhuwah yang terbangun. Kalo
kata temen satu lingkaran kemarin sebutan hal ini yaitu GGJ, apa itu GGJ? GGJ
adalah kependekan dari Galau-Galau Jama’ah. Hehe, mba...mba...ada-ada aje dah.
Bagaimana mau show-up ke orang-orang
yang tidak menyukai islam (alias musuh-musuh islam) kalo internalnya aje gak
solid. Buatlah mereka tersentuh dengan ajakan kita, buatlah mereka bergetar
ketika dibacakan ayat-ayat Allah ataupun ketika diucapkan kalimat yang baik.
Yuk, kembali solidkan-solidkan, seperti bangunan yang kokoh itu, dimulai dari
diri sendiri dulu yak, yuk mari solidkan diri kita masing-masing terlebih
dahulu :)
3. Sistem yang benar dan realistis
Ini jelas menjadi pengokoh dakwah. Bagaimana
tidak, sistem ini yang menjadi kekuatan dalam berdakwah, bagaimana
strategi-strategi yang dibuat untuk dijalankan oleh penggerak-penggerak yang
ada dalam sistem itu. Sistem yang dibuat baiknya ya yang realistis namun tetap
optimis akan tercapai visi itu.
4. Kemampuan dan keahlian yang mumpuni
(Al Isra’: 84)
Ini yang sedang saya gali, terus, terus dan
terus mencari keahlian yang dimiliki, kalo kata orang-orang si “Baca dirimu,
yakinlah bahwa kamu akan menemukan sisi dan potensi yang ada pada dirimu”. Ayo
kawaaaannn, mumpung masih jadi mahasiswa, ayo curahkanlah segala potensi yang
ada !! manfaatkanlah kesempatan menjadi mahasiswa untuk mengembangkan diri,
untuk menemukan talenta yang ada pada diri. Jangan sia-sia kan itu !! dunia
kampus ini, mungkin bukan yang sebenarnya, maksud saya masih pembelajaran.
Berbeda ketika pasca kampus, ketika kita masuk ke masyarakat. Tuntunan dan
persaingan hidup itu akan ada. Tidak ada lagi kata “Jangan ane akh”, “Jangan
ane ukh”, “Si Fulan sajalah, ane tidak PD”, “Si Fulan sajalah ane gak bisa”
“Ane ada agenda”, dan bla bla bla... bukan seperti itu. Kamu ya harus kamu.
Kita ingin menjadi bithonatudda’wah bukan?? Maka persiapkanlah untuk dakwah
nyata, pada posisi apapun pasca kampus, harus memberi sumbangsih yang riil, dan
yang pasti harus mengenal diri kita sendiri.
5. Meningkatkan kemampuan berkonfrontasi
(Al Anfal: 60)
Kalo kata murobi saya, “Jangan sampai berada
pada zona nyaman saja, nanti tidak punya imunitas”. [lagi] sudah disampaikan di
awal bahwa dakwah tidak hanya interal saja, tetapi show-up. Konfrontasi di sini tidak selalu negatif, tetapi bagaimana
dengan hikmah dan pengajaran yang baik. Inget terus ya Q.S An Nahl ayat 125,
salah satu ayat tentang dakwah “bil hikmati wal mau’idhotilhasanah”. Kalo kita
rela menghibahkan diri kita untuk dakwah, maka sejatinya kita akan selalu membersamai
dakwah itu dengan terus belajar, belajar, dan terus belajar.
6. Menguatkan iklim tarbiyah (Al Hajj:
77)
Ini nih yang fundamental dalam pengokoh
dakwah. HALAQOH. Jadikanlah halaqoh ini sebagai suatu kebutuhan, bukan
kewajiban. “Kalo jadi pengurus ya harus halaqoh”, ada kalanya memang seperti
itu, tetapi bukan juga dijadikan harus, tetapi saya butuh ini ! kita butuh
ruang-ruang halaqoh ini untuk sebuah penjagaan apabila kita futur, ruang-ruang
untuk menambah tsaqofah kita. Dan lagi, rasa yang harus dihidupkan dalam sebuah
halaqoh. RASA. Jadikanlah rasa itu spesial, dan memang spesial bukan? Bisa
merasakan nikmatnya berbagi dengan saudara seiman, merasakan nikmatnya ukhuwah
tanpa batas, mengetahui qodoya masing-masing temen lingkaran, sharing apapun itu yang ingin disharing, nikmat kan? Dan ketika mulai
mengering, ketika rasa itu mulai pudar, maka CARI lah ! cari lah sebuah rasa
untuk menghidupkan kembali. Dengan apa menghidupkannya? Dengan THOLABUL ILMI !
ya, hanya dengan tholabul ilmi kita bisa mendapatkan ruh itu kembali, rasa itu
kembali.
Kawan... jadikanlah ruang-ruang itu,
aktivitas-aktivitas itu sebagai pintu mendekatkan diri pada Allah, sebagai
sarana mendapatkan ridho-Nya. Yuk mari ah perbaiki, mari hidupkan ruh itu
kembali. Keep HAMASAH !!
Yang benar datangnya dari Allah, dan yang salah semata-mata dari saya dan mohon perbaikannya.
*sharing with my beloved murobi di senja yang
indah :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Comment disini yak..