Bahagia itu sederhana, sangat
sederhana.
Melihat bulir-bulir itu sudah
mulai bermekaran saja rasanya bahagia, bahkan sangat bahagia. Karna apa? Karna aku
yang selalu bersamanya, selalu membersamainya, merawatnya, membesarkannya
hingga ia tumbuh menjadi dewasa, hingga ia tumbuh berdiri tegak sendiri, hingga
ia bisa melahirkan generasi-generasi yang bermutu lagi selanjutmya. Menjadi makhluk
yang siap menumbuhkan biji-biji yang padat berisi. Senang, sangat senang rasanya.
Setiap hari memberi asupan nutrisi pada batang, daun dan tempat tinggalnya.
Setiap hari menyingkirkan musuh-musuh yang mencoba merenggut nyawanya. Dari benih, benar-benar saat kau masih benih, saat
kau masih butuh penopang yang kuat untuk melindungimu, saat kau butuh asupan gizi yang sangat baik untuk
pertumbuhanmu menjadi dewasa.
Antara hijab dan engkau hai
bulir-bulir berisi. Aku rela mengenakan sepasang bahan yang ada di telapak kaki
ku itu setiap saat (lamun ieu mah lantaran abdi cinta ka Pencipta, jadi abdi
ngiringan syariatna ^_^). Aku rela menyentuhnya ke tanah, aku rela menungguimu
di laboratorium berjam-jam hanya untuk mengetahui kadar air yang tepat untuk
pertumbuhanmu, berjam-jam dan itu tidak mengenal waktu. Tidak mengenal lelahnya aktivitas hari-hari
itu dengan agenda-agenda lain. Tidak peduli betapa capenya aku. Tidak peduli
waktu yang aku gunakan hanya untuk bersamamu. Dan aku mulai bersahabat dengan hal
itu. Sangat bersahabat. Hebatnya engkau hai bulir-bulir telah membuat aku jatuh
cinta padamu. Jatuh cinta akan proses mu menjadi dewasa. Tumbuh dari batang
yang kokoh, tumbuh dari induk mu yang bermutu, tumbuh perlahan namun pasti,
dengan tertatih kau mulai memberanikan diri keluar dari batangmu. Dan saat itu
pula, aku memperhatikanmu dengan seksama, dengan penuh keindahan, dengan rasa
takjub yang luar biasa, dengan rasa syukur tiada henti pada Penciptamu,
memperhatikanmu sangat lamaaaaaaaa sekali, seperti seseorang yang sedang menatap pujaan hatinya *haha, prikitiw :*. Sekali lagi aku jatuh cinta padamu hai
bulir-bulir. Dan tahukah kamu? Sebelum kau lahir, aku memilih induk mu yang
bermutu. Dan itu pun membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Tidak sembarang aku
memilihkan induk untuk engkau hai bulir-bulir berisi. Sungguh tidak sembarang.
Karna apa? Karna aku ingin menghasilkan
bulir-bulir yang bermutu pula. Dan ketika aku memilihkan induk yang bermutu,
maka dengan membentuk linier equation tentunya
akan terbentuk pula bulir-bulir yang bermutu yang berisi padat dan melimpah.
Dan pagi ini, duduk dengan manis dan tenang
sambil tersenyum disamping engkau hai bulir-bulir, dan dengan bahagia aku
berdo’a pada Penciptamu. Semoga apa yang aku lakukan ini bisa memberi manfaat bagi
banyak orang, semoga tidak ada lagi makhluk yang menyepelekan kehadiranmu,
tidak ada lagi makhluk yang menyia-nyiakan kebermanfaatanmu, semoga semakin
banyak makhluk yang melihat keajaiban-keajaiban ketika engkau tumbuh menjadi
dewasa, ketika engkau tumbuh menjadi bulir yang padat berisi, dan dengan itu
semakin banyak pula makhluk lain yang bersyukur pada Penciptamu, merasakan
begitu cintanya Allah pada kita, menyediakan berbagai fasilitas alam yang bisa
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, Allah sangat cinta pada kita saudara-saudaraku,
sangat cinta. Jadi teringat tausyiah malam itu “Sebesar apa pun cintamu
padaNya, cintaNya padamu tetap jauh lebih besar”. Benar sekali kak ^_^
Sungguh Maha Suci Allah yang
telah menciptakan engkau hai bulir-bulir, Maha Penyayang Allah yang telah
mengeluarkan engkau dari batang kokoh itu, Maha Kasih Allah yang telah membuat
engkau bulir-bulir menjadi bermanfaat untuk makhluk lainnya, Maha Besar Allah
yang telah membuat semuanya begitu seimbang termasuk alam raya ini, Sungguh tidak ada yang mampu melakukan itu
selain Penciptanya. Takjub. Sekali lagi
takjub aku melihat proses engkau menjadi dewasa, proses ketika dalam batang
yang kokoh ada sesuatu yang telah
tumbuh, sesuatu yang ketika sudah keluar akan menjadi sangat bermanfaat untuk
makhluk lainnya, proses ketika bulir-bulir itu sedikit demi sedikit mencoba
membuka batang yang kokoh, proses ketika bulir-bulir itu kian berisi, proses
ketika semakin banyak saja batang yang membuka, proses ketika makin merunduk,
dan seterusnya. Takjub. Titik pokoknya mah. Dan
aku mulai memikirkan bagaimana proses alam itu bisa terjadi, syukur alhamdulillah Allah
menciptakan engkau bulir-bulir. Alhamdulillah....
Dan sampai saat ini aku tetap merawatmu
penuh dengan pengorbanan dan ketulusan, ketulusan yang tiada tara hai
bulir-bulir. Benar apa yang dikatakan Pak Afik, “Rawatlah bulir-bulir ini
seperti dik Nurul merawat anaknya nanti”. Bapaaaaakkk, [lagi] kau mengajarkan
banyak hal tentang kehidupan alam raya ini. Love you because Allah Pak :). Engkau adalah murobbi ku, engkau adalah teman
baikku, engkau adalah orangtua ku, engkau adalah kakak laki-laki ku, engkau
adalah guru ku, dan engkau adalah pembimbing akademik ku :).
Seperti anakku. Ya, aku merawat
bulir-bulir itu seperti aku merawat anakku kelak hingga ia tumbuh menjadi
dewasa, hingga ia tumbuh menjadi anak yang sholih sholihah Insya Allah. Dengan penuh
ketelatenan, dengan penuh pengorbanan, dengan penuh kesabaran, dan dengan penuh
keikhlasan. Merawat dari ia dalam kandungan, dengan asupan gizi yang sehat,
dengan stimulan-stimulan yang bisa membangkitkan kecerdasanmu kelak. Kemudian
berjuang dengan penuh pengorbanan antara hidup dan mati untuk memberikan
kesempatan kau terlahir ke dunia, anakku. Bahagia. Sangat bahagia ketika engkau
terlahir ke dunia, terasa lega, senang, sangat senang ada malaikat kecil yang
meramaikan rumahku, sama ketika batang itu mulai melahirkan bulir-bulir berisi,
bahagia tak terkira. Kemudian memandikanmu, memberi ASI padamu, menyuapi,
merawatmu dengan penuh ketelatenan, pun ketika kau sakit anakku, memperhatikan
makanan yang masuk dalam tubuhmu agar imunitasmu kuat, mengajarkan kau
bagaimana caranya makan, bagaimana caranya minum, bagaimana caranya duduk,
merangkak, berjalan, berdiri dan bahkan hingga berlari, mengajarkan bagaimana caranya
memangggil “Umi”, bagaimana caranya memanggil “Abi”, bagaimana caranya membaca
a-i-u-e-o, bagaimana caranya membentuk huruf-huruf itu menjadi sebuah kata,
bagaimana caranya kata-per-kata itu membentuk sebuah kalimat yang baik, dan
bagaimana caranya dari kalimat-per-kalimat itu membentuk sebuah pemahaman-pemahaman
baik. Dan yang paling utama yang terpenting adalah bagaimana caranya agar kau
mengenal siapa Penciptamu, anakku. Sedini mungkin aku akan berusaha mengajarkan
hal itu. Itu suatu kewajiban yang pertama aku lakukan. Bagaimana caranya dan
bagaimana caranya, aku akan terus berusaha memberikan yang terbaik untukmu
wahai anakku, wahai mujahid mujahidah Allah. (Naluri seorang wanita untuk
menjadi madrasah terbaik bagi calon generasi-generasi tangguh). Maka untuk
mewujudkan keinginan mulia itu adalah bagaimana saat ini aku berusaha menjadi
pribadi yang lebih baik, lebih baik, dan lebih baik lagi karna Allah.
Mempersiapkan diri untuk menyambutmu anakku,
ya... untuk menyambutnya kelak suatu saat nanti. Akan tiba pada waktu
yang tepat, bersabarlah sholihah ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Comment disini yak..