Apa yang
tergambar ketika kita mendengar kata Ayah Hebat?
Ayah yang
bagaimana ya dikatakan ayah hebat?
Saat saya
tulis postingan ini, Azzam dan ayah sedang bermain di luar. Saya lihat dari
jauh mereka sedang berlari menangkap capung, sesekali duduk karena mungkin
lelah ingin istirahat, sesekali berlari lagi dan Azzam sambil berkata satu,
dua, satu, dua.. oh..rupanya mereka sedang olahraga hehe. Jadi kan saya bisa me
time dengan nulis postingan di sini. Iya tidak? :D. Setiap pagi sebelum ayahnya
berangkat kerja, Azzam selalu memiliki jadwal untuk bermain bersama ayah. Main
apa ya? Apa saja yang pasti tujuannya ngebentuk bonding yang kuat dengan anak.
Memang sejak awal mendapatkan ilmu parenting, saya dan suami terus menggali
informasi darimanapun, bagaimana caranya agar anak bisa percaya dengan kita,
agar anak memiliki ikatan batin yang kuat dengan kita sebagai orangtuanya. Hal
itu dilakukan agar kita bisa memperkenalkan Allah sebagai Pencipta, bisa
memperkenalkan Allah lewat ciptaan-ciptaannya dan bisa membersamai anak tumbuh
berkembang dengan iman di dada dan akhlakul karimah sebagai penghiasnya, tentu
sesuai fitrah anak ya..
Sing a
song... (dengan irama lagu "Kalau kau suka hati tepuk tangan"),
diganti liriknya yaa...
Siapakah
Tuhan kita semua? Allah
Siapakah
Nabi kita semua? Allah
Islam
agamaku
Al qur'an
kitabku
Muslimin
muslimat saudaraku
Horraaaay..........
Sering
saya nyanyikan lagu ini ke Azzam. Dan lama-lama ia sudah mulai bisa
mengikutinya. Karena seringnya, ayah pun hafal dan mulai mengikuti. Dalam hati
saya, yes! berhasil! Jadilah ayah juga menyanyikan lagu ini ke Azzam. Bonding
antara ayah dan anak tidak bisa digantikan. Beruntungnya saya adalah saya tidak
menjalani LDM, ini suatu nikmat dari Allah alhamdulillaah... kalau pun harus
pindah ke luar kota, saya akan ikut in syaa Allah. Jangankan LDM, pergi untuk
rapat ke luar kota aja kangennya berasa udah lamaaaa banget. Apalagi harus
menjalani ldm. Kemanapun ayah melangkah, Nurul akan mengikuti haha. Karena
sesungguhnya, anak adalah amanah. Bagaimana kita mau menjalankan amanah dengan
baik jika ternyata kita tidak bisa memenuhi hak-hak anak yang setiap harinya
membutuhkan sentuhan berupa pelukan dan ciuman dari seorang ayah. Itu menurut
saya lho yaa.. *cmiiw. Tapi yaa jikalau memang keadaan mengharuskan untuk
LDM-an apa boleh buat..jalani saja dengan penuh kesabaran. Semangat pejuang
LDM! J
Kembali
lagi pada judul postingan, Ayah Hebat. Mengutip dalam bukunya Muhammad Lili Nur
Aulia yang berjudul “Rumah Cinta Hasan Al Banna”, Sarah binti Halil bin
Dakhilallah al-Muthiri menulis tesis berjudul “Hiwar al-Aba’ ma’a al-Abna Fil
Qur’anil Kariim wa Tathbiqatuhu at-Tarbawiyah ‘Dialog orang tua dengan anak
dalam al qur’anul karim dan aplikasinya dalam pendidikan’”. Sarah mencatat Al
qur’an memuat dialog antara orangtua dan anak sebanyak 17 kali yang tersebar di
dalam sembilan surah. Perinciannya adalah, dialog ayah dan anak sebanyak empat
belas kali dialog ibu dan anak sebanyak dua kali, serta dialog kedua orangtua
dan anak (tanpa nama) sebanyak satu kali.
Sudah
jelas kan? Bagaimana Al qur’an mengaturnya dengan sangat detail. Bisa kita
lihat, dialog antara ayah dan anak sampe 14 kali, ini menunjukkan lebih dominan
dibandingkan dengan dialog ibu dan anak yang hanya 2 kali. Itu artinya
pengajaran seorang ayah lebih masuk ke hati dan pikiran anak terlebih jika ayah
bisa mengajarkan langsung ke anak, bukan video call #sedih kasian anaknya Moms :’(. Pantas saja seorang Imam Syahid Hasan Al Banna mengatur urusan anak sampai
detail, hingga perihal antar bekal makanan dilakukan oleh beliau. Terlebih
Rasulullah saw, maa syaa Allah beliau mah udah pasti teladan nomor hiji.
Ayah
hebat bukan hanya memperhatikan soal kebutuhan anak, tetapi bagaimana ia
menjadi teladan bagi keluarganya. Contoh kecilnya saja, bangun pagi dan
mengajak shubuh berjamaah di masjid bersama anaknya. Seperti yang dilakukan
ayah Azzam, semakin love love :*. Beliau juga sering mengingatkan, “Hati-hati
Nurul kena penyakit ‘ain”. Iya ayah,
manut-manut #jadi intropeksi diri nih.
Ayah
hebat yang terpenting adalah bagaimana ia selalu mengajarkan kita untuk selalu
dekat dengan Allah, bukan malah semakin menjauhkan. Mengingatkan untuk sholat
tepat waktu, mengaji, datang liqo, berbagi dengan saudara tetangga dan yang
membutuhkan, mengingatkan untuk membaca walau sebentar, mengingatkan untuk
bersabar (nah ini yang penting pisan). Entah kenapa ya memang ayah itu lebih
bersabar dari saya *langsung intropeksi diri lagi ini mah.
Ayah
hebat adalah yang selalu mengajak pada kebaikan dimana pun berada, menegur
dengan perkataan yang lemah lembut, dan selalu siap siaga kapan pun ia dibutuhkan
oleh keluarganya. Spesial untuk ayah Azzam, 3 tahun mengarungi bahtera rumah
tangga barulah seumuran jagung. Belajar menjadi lebih baik adalah prinsip kita.
Belajar, belajar dan terus belajar menuju jannah Allah. Uhibukafillah ayah
Azzam :*
Bonding antara anak dan ayah adalah sebuah keniscahyaan untuk membangun keluarga Rabbani, Bismillah.
#30DaysWritingChallengeDays22
#ODOPfor99Days22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Comment disini yak..