Senin, 22 Januari 2018

Ayah hebat

Apa yang tergambar ketika kita mendengar kata Ayah Hebat? 
Ayah yang bagaimana ya dikatakan ayah hebat?

Saat saya tulis postingan ini, Azzam dan ayah sedang bermain di luar. Saya lihat dari jauh mereka sedang berlari menangkap capung, sesekali duduk karena mungkin lelah ingin istirahat, sesekali berlari lagi dan Azzam sambil berkata satu, dua, satu, dua.. oh..rupanya mereka sedang olahraga hehe. Jadi kan saya bisa me time dengan nulis postingan di sini. Iya tidak? :D. Setiap pagi sebelum ayahnya berangkat kerja, Azzam selalu memiliki jadwal untuk bermain bersama ayah. Main apa ya? Apa saja yang pasti tujuannya ngebentuk bonding yang kuat dengan anak. Memang sejak awal mendapatkan ilmu parenting, saya dan suami terus menggali informasi darimanapun, bagaimana caranya agar anak bisa percaya dengan kita, agar anak memiliki ikatan batin yang kuat dengan kita sebagai orangtuanya. Hal itu dilakukan agar kita bisa memperkenalkan Allah sebagai Pencipta, bisa memperkenalkan Allah lewat ciptaan-ciptaannya dan bisa membersamai anak tumbuh berkembang dengan iman di dada dan akhlakul karimah sebagai penghiasnya, tentu sesuai fitrah anak ya..

Sing a song... (dengan  irama lagu "Kalau kau suka hati tepuk tangan"), diganti liriknya yaa...

Siapakah Tuhan kita semua? Allah
Siapakah Nabi kita semua? Allah
Islam agamaku
Al qur'an kitabku
Muslimin muslimat saudaraku

Horraaaay..........

Sering saya nyanyikan lagu ini ke Azzam. Dan lama-lama ia sudah mulai bisa mengikutinya. Karena seringnya, ayah pun hafal dan mulai mengikuti. Dalam hati saya, yes! berhasil! Jadilah ayah juga menyanyikan lagu ini ke Azzam. Bonding antara ayah dan anak tidak bisa digantikan. Beruntungnya saya adalah saya tidak menjalani LDM, ini suatu nikmat dari Allah alhamdulillaah... kalau pun harus pindah ke luar kota, saya akan ikut in syaa Allah. Jangankan LDM, pergi untuk rapat ke luar kota aja kangennya berasa udah lamaaaa banget. Apalagi harus menjalani ldm. Kemanapun ayah melangkah, Nurul akan mengikuti haha. Karena sesungguhnya, anak adalah amanah. Bagaimana kita mau menjalankan amanah dengan baik jika ternyata kita tidak bisa memenuhi hak-hak anak yang setiap harinya membutuhkan sentuhan berupa pelukan dan ciuman dari seorang ayah. Itu menurut saya lho yaa.. *cmiiw. Tapi yaa jikalau memang keadaan mengharuskan untuk LDM-an apa boleh buat..jalani saja dengan penuh kesabaran. Semangat pejuang LDM! J

Kembali lagi pada judul postingan, Ayah Hebat. Mengutip dalam bukunya Muhammad Lili Nur Aulia yang berjudul “Rumah Cinta Hasan Al Banna”, Sarah binti Halil bin Dakhilallah al-Muthiri menulis tesis berjudul “Hiwar al-Aba’ ma’a al-Abna Fil Qur’anil Kariim wa Tathbiqatuhu at-Tarbawiyah ‘Dialog orang tua dengan anak dalam al qur’anul karim dan aplikasinya dalam pendidikan’”. Sarah mencatat Al qur’an memuat dialog antara orangtua dan anak sebanyak 17 kali yang tersebar di dalam sembilan surah. Perinciannya adalah, dialog ayah dan anak sebanyak empat belas kali dialog ibu dan anak sebanyak dua kali, serta dialog kedua orangtua dan anak (tanpa nama) sebanyak satu kali.

Sudah jelas kan? Bagaimana Al qur’an mengaturnya dengan sangat detail. Bisa kita lihat, dialog antara ayah dan anak sampe 14 kali, ini menunjukkan lebih dominan dibandingkan dengan dialog ibu dan anak yang hanya 2 kali. Itu artinya pengajaran seorang ayah lebih masuk ke hati dan pikiran anak terlebih jika ayah bisa mengajarkan langsung ke anak, bukan video call #sedih kasian anaknya Moms :’(. Pantas saja seorang Imam Syahid Hasan Al Banna mengatur urusan anak sampai detail, hingga perihal antar bekal makanan dilakukan oleh beliau. Terlebih Rasulullah saw, maa syaa Allah beliau mah udah pasti teladan nomor hiji.

Ayah hebat bukan hanya memperhatikan soal kebutuhan anak, tetapi bagaimana ia menjadi teladan bagi keluarganya. Contoh kecilnya saja, bangun pagi dan mengajak shubuh berjamaah di masjid bersama anaknya. Seperti yang dilakukan ayah Azzam, semakin love love :*. Beliau juga sering mengingatkan, “Hati-hati Nurul kena penyakit ‘ain”. Iya ayah, manut-manut #jadi intropeksi diri nih.

Ayah hebat yang terpenting adalah bagaimana ia selalu mengajarkan kita untuk selalu dekat dengan Allah, bukan malah semakin menjauhkan. Mengingatkan untuk sholat tepat waktu, mengaji, datang liqo, berbagi dengan saudara tetangga dan yang membutuhkan, mengingatkan untuk membaca walau sebentar, mengingatkan untuk bersabar (nah ini yang penting pisan). Entah kenapa ya memang ayah itu lebih bersabar dari saya *langsung intropeksi diri lagi ini mah.


Ayah hebat adalah yang selalu mengajak pada kebaikan dimana pun berada, menegur dengan perkataan yang lemah lembut, dan selalu siap siaga kapan pun ia dibutuhkan oleh keluarganya. Spesial untuk ayah Azzam, 3 tahun mengarungi bahtera rumah tangga barulah seumuran jagung. Belajar menjadi lebih baik adalah prinsip kita. Belajar, belajar dan terus belajar menuju jannah Allah. Uhibukafillah ayah Azzam :*

 
Bonding antara anak dan ayah adalah sebuah keniscahyaan untuk membangun keluarga Rabbani, Bismillah.


#30DaysWritingChallengeDays22
#ODOPfor99Days22

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comment disini yak..