Berawal dari postingan di facebook yang saya share tulisannya Teh Karina Hakman tentang liqo. Bagaimana kondisi ketika suami istri ikut liqo, dan nyatanya itu butuh perjuangan banget kata beliau. Bagaimana menurut saya? sama teh :D. Dulu memang pernah jadwal liqo malam sampe jam 11an, dan itu hanya sekali. Tapi alhamdulillahnya, sekarang suami saya jadwal liqo nya setiap sabtu pagi, jadi sebelum berangkat ke kantor liqo dulu. Kalau saya jadwalnya setiap sabtu sore sampe ba'da magrib biasanya. Pulang kerja suami jemput saya di tempat liqo. Kalau itu ditempat biasa, kalau di tempat lain kadang go-car atau kalau temen liqo ada yang lagi bawa mobil ya kita-kita numpang hehe.
Karna motor hanya satu dipakai ayahnya Azzam kerja, jadi saya untuk sementara ngangkot. Dan bagaimana rasanya membawa batita juga satu tas bayi naik turun angkot dan ditambah dari angkot harus jalan lagi untuk sampai tempat liqo? rasanya lumayan rempong, Azzam yang semakin berat juga hehehe. Belum lagi kalau mau berangkat karna sudah jam nya liqo, tiba-tiba anak baru bangun tidur langsung di'siapkan' untuk mandi, makan (kalau mau) dan berangkat ngangkot (itu biasanya anak dalam keadaan agak rewel, dan kita harus cerdas menyikapinya). Kalau hujan gimana? yaah jauh banget tempatnya? yaah ngga ada yang nganter?
Ah emak! stop mengeluh!
"Selamat datang wahai pencari ilmu! Sungguh pencari ilmu dinaungi malaikat dengan sayap-sayapnya, kemudian mereka bertumpuk satu di atas lainnya sampai mencapai langit dunia karena kecintaan merek kepada upayanya menuntut ilmu". (HR. Ahmad, Thabrani, Ibnu Hibban, Hakim dan Ibnu Majah)
Wah masyaa Allah ya makna hadits nya.
"Tidak ada nikmat kebaikan yang Allah berikan setelah islam, selain saudara yang shalih. Maka, jika salah seorang kalian merasakan kecintaan dari saudaranya, peganglah kuat-kuat persaudaraan dengannya". (Umar bin Khattab ra.)
Pernah merasakan malas semalas-malasnya dalam beribadah? saya jawab pernah. Astagfirullahal'adziim..
Iman itu memang kadang naik kadang turun. Di saat iman naik, seharusnya akan banyak implementasi iman itu berbuah pada akhlakul karimah dan karya. Bagaimana caranya?
Melingkar adalah salah satu sarana men-charge ruhiyah kita. Melingkar adalah salah satu sarana saling berbagi, berbagi cerita, berbagi masakan, berbagi tips, berbagi lain-lainnya. Pada intinya melingkar adalah sebuah kebutuhan. Saat suami liqo, Azzam sama saya, saat saya liqo apakah Azzam sama suami? ternyata sama saya lagi hehe. Ayahnya baru pulang kerja pukul 18.00 WIB. Begitulah
jika tidak ada khodimat. Semua pekerjaan dilakukan sendiiri dibantu suami. Mengurus
anak juga sendiri sampai kemanapun pergi Azzam selalu ikut. Pernah juga sih,
pengen me time dengan teman-teman liqo, saat acara pekan sehat PKS saya
menitipkan penjagaan Azzam sepenuhnya sama ayahnya, kebetulah agendanya hari
Minggu, alhamdulillah nya ayah lagi ngga ada acara juga jadi bisa mongmong
Azzam selama setengah harian itu.
Balik
ke judul postingan, “Melingkar dengan cinta”. Kenapa harus dengan cinta? Karena
kalau hanya sebuah rutinitas belaka, atau hanya menggugurkan sebuah kewajiban
presensi karena murobbi yang agak streng, atau hanya ingin berdagang ke temen
lingkaran, atau hal-hal lainnya itu namanya bukan dengan cinta, tapi dengan
terpaksa. Denga cinta itu, berarti saat kita meniatkn pergi melingkar adalah
dengan niat yang ihsan, niat menuntut ilmu, niat bersilaturahim dengan saudara,
semua karena Allah. Titik. Bisakah kita selalu terus punya niatan seperti itu?
Bisa kalau kita terus memperbaharui niat dengan rajin ibadahnya. Kalau tidak? Kana
sangat rentan nat itu pada akhirnya akan berbelok.
Seminggu
ada 7 hari, sehari ada 24 jam, satu jam ada 0 menit, 1 menit ada 60 detik.
Waktu itu memng luar biasa sebagai boomerang jika kita tidak dengan pandai-pandai
memanfaatkannya. Jika selama enam hari itu kita banyak sekali melakukan dosa
maka di satu hari saat liqo adalah saatnya bermuhasabah, mengintropeksi diri.
Jika di enm hari sebelumnya kita jenuh dengan aktivitas kerumahtanggaan maka di
satu hari itu kita merefresh diri dengan kegiatan-kegiatan seru. Jika di enam hari
itu kita bosen dengan makanan yang itu-itu saja, maka di satu hari itu kita
coba icip-icip masakan saudara-saudara kita. Tentu niat tetap hanya Allah satu
yaa... yang lainnya itu hanya bonus sebagai hadiah dari niat baik kita untuk menuntut
ilmu di lingkaran cinta.
Beneran
deh saya merasakan betul manfaatnya liqo (ya walaupun saya kadang juga jadi
mutarobbi yang bandel). Tapi memang setiap weekend dateng liqo itu pikiran dan
hati jadi fresh dengan materi-materi baru, dengan informasi berita terkini yang
update dan dengan bashirah murobbi juga dengan bicaranya yang dari hati ke
hati, kadang sampai nyeeeees gitu ke hati. Karena ibadah dan militiansi beliau
dalam berdakwah sudah tidak diragukan lagi, jadilah apa yang beliau biacarakan
itu memang bener sampai ke hati. Bu...semoga Allah merahmatimu selalu yaa :)
Noted: yang liqo belum tentu lebih baik, begitu pun sebaliknya untuk yang tidak liqo. intinya liqo itu seharusnya menjadikan diri sebagai problem solver, bukan malah menjadi beban dakwah. wallahu'alam bishshowab..
Noted: yang liqo belum tentu lebih baik, begitu pun sebaliknya untuk yang tidak liqo. intinya liqo itu seharusnya menjadikan diri sebagai problem solver, bukan malah menjadi beban dakwah. wallahu'alam bishshowab..
#30DaysWritingChallengeDays18
#ODOPfor99Days18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Comment disini yak..