(pict from google)
Rasulullah bersabda, “Ada empat diantara kebahagiaan di dunia (yaitu) : istri yang sholihah (baik), tempat tinggal yang luas, tetangga yang sholih (baik), dan kendaraan yang nyaman” – [HR. Ibnu Hibban]
Dulu pas masih lajang, tetangga saya ya seumuran dengan Mamah Bapak saya. Setelah menikah, saya memiliki tetangga sendiri. Keputusan untuk mengikuti suami dan berpisah dengan orangtua adalah keputusan yang tepat, in syaa Allah. Dengan begitu, melatih kita menjadi keluarga yang mandiri, tidak bergantung pada keluarga. Dan keluarga paling dekat ya tetangga (beda cerita kalau rumah saudara-saudara nya bersebelahan hehe).
Mengacu pada hadist Rasulullah tentang tetangga yang sholih (baik), itu adalah rezeki, itu adalah kebahagiaan. Saya merasa sangat senang jika bisa berbagi dengan tetangga. Sesekali berbagi makanan, entah dari bikinan sendiri, atau beli atau makanan yang lebih banyak dari sebuah event bisa diberikan pada tetangga. Saya memang tidak setiap hari main untuk 'nangga', tapi sekali dua kali melipir leyeh-leyeh di pelatarannya, ngobrol ngalor ngidul.. bisa menambah kedekatan juga dengan tetangga.
Dan pertanyaannya, sudah benarkah adab kita dalam bertetangga? yuk di cek lagi.
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya” (Muttafaq ‘alaih).
Tah eta, kita memang harus memuliakan tetangga. Ini juga sebagai peringatan buat saya dan suami. Kita memang harus lebih dekat dengan tetangga. Karna bagaimanapun, kita adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan lainnya. Maka kehadiran tetangga di sekitar rumah kita sangat dibutuhkan. Kita pun harus memperhatikan hak-hak mereka, misalkan jangan mengganggu bangunan rumahnya sesuai dengan hadist Rasulullah
“Janganlah salah seorang di antara kalian melarang tetangganya menancapkan kayu di dinding (tembok)nya” (HR.Bukhari (no.1609); Muslim (no.2463); dan lafazh hadits ini menurut riwayat beliau; Ahmad (no.7236); at-Tirmidzi (no.1353); Abu Dawud (no.3634); Ibnu Majah (no.2335); dan Malik (no.1462)).
Selain itu juga, kita tidak boleh mengganggu tetangga dalam hak mereka. Misalkan menyetel musik keras-keras, menutupi jalan yang mereka lewati, dan lain sebagainya yang mengganggu hak-hak mereka. Ketika tetangga kita bersuka cita, maka kita pun ikutlah berbahagia. Namun ketika tetangga kita berduka maka berempatilah kita pada mereka.
Sebelum memutuskan untuk pindah rumah juga kita harus mengetahui bagaimana kondisi lingkungan sekitar rumah yang akan kita tempati. Harapannya adalah lingkungan sekitar kita yang baik dan ramah anak. Mengapa ramah anak? karna lingkungan ini yang paling dekat dengan anak, yang akan membentuk kepribadian anak. Jikalau lingkungannya tidak baik, bagaimana kita akan mengharap lebih akan pendidikan untuk anak yang baik? Minimalnya, dan yang paling utama adalah dari lingkungan keluarga sendiri. Mengutip kata-kata Mbak Sundari Eko Wati, "Sekolah dan les itu adalah alat. Pendidikan, habbit, penanam nilai yang utama berawal dari rumah." Ya itu adalah kita bu ibu.....
Harapannnya kita bertetangga dengan tetangga yang sholih (baik), namun jikalau diberi ujian oleh Allah bersebelahan dengan tetangga yang kurang baik akhlaknya, maka bersabarlah dengan kesabaran yang baik ya bu ibu... "fashbir shobron jamiila.." udah inget kalimat itu aja! Fashbir shobron jamiila...
Jadi bu ibu, pak bapak... teruslah berdoa, semoga tetangga kita adalah tetangga yang sholih, yang jika berada di dekatnya kita akan merasa banyak sekali kebaikan-kebaikan yang terus mengalir untuk kita. Dan kita pun teruslah berikhtiar menjadi tetangga yang sholih, yang dengan adanya keberadaan kita, para tetangga-tetangga kita bisa merasakan kebermanfaatannya dengan telah ditunaikannya hak-hak mereka.
#30DaysWritingChallengeDay3
#ODOPfor99Days3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Comment disini yak..