Gaya hidup setiap
keluarga berbeda. Sungguh berbeda. Ada yang sederhana, meskipun kita tahu bahwa
mereka keluarga berada dengan segala kemudahan untuk mengakses semuanya. Ada
yang memang benar-benar sederhana, yaah...serba cukuplah, serba pas. Pas dibutuhin
motor ada, pas mau makan ada, pas mau jalan-jalan bisa walaupun budget cuma pas
hanya keluar kota, pas lagi au nabung ada uang walaupun ngga banyak, pas mau
beli buku bisa. Ada juga tipe yang dengan setia mengikuti trend yang sedang
berkembang pesat dari mulai teknologi, fashion, food, film bahkan kosmetik
sekalipun (kondisi keluarga memang mapan dengan segala kemewahannya). Ada juga
yang sama-sama mengikuti trend juga tapi dengan kondisi ekonomi yang berbeda
(serba pas-pasan tapi mau bergaya hidup glamour). Nah ini yang terakhir yang
menjadi catatan. Sudah mah ngga ada, eh malah dipaksakan bergaya kelas tinggi.
Sampai hutang sana hutang sini. Bohong sana bohong sini. Bohong sana, nutup
kebohongan sini, gitu aja terus bohong
bohong dan bohong. Padahal hutang banyak, tapi anggeur weh gaya hidupnya kaum
borjuis. Maka apa yang patut disombongkan? Maka bagaimana hisab di akhirat
kelak tentang uang yang dibelanjakan? Sok berfikir geura.
Biasanya, gaya
hidup itu dilihat bagaimana ia bergaul, dengan siapa, profesi nya apa, aktivitas
apa yang biasa dilakukan, buku apa yang biasa ia baca (kalau sering baca buku).
Biasanya bisa dilihat dari situ. Memang
semua itu dikembalikan pada prinsip keluarga masing-masing. Bagaimana kepala
keluarga bisa membawa anak dan istrinya menuju jannah Allah. Bagaimana sebuah
keluarga memanagement pos-pos keuangan mereka, untuk pendidikan,
makan, travelling, sosial, keluarga dan lain-lain. Bagaimana setiap keluarga
memilih teman-temannya untuk membersamai setiap aktivitasnya. Sampai bagaimana
setiap keluarga memilih gaya hidup masing-masing. Namun yang perlu diingat
adalah, yuk kita tengok kembali hadits Rasulullah saw...
“Dari
Amr bin Sya’ab dari bapaknya dari kakeknya ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“ makanlah, minumlah, berpakaianlah dan bershadaqahlah dengan tidak
berlebih-lebihan dan menyombongkan diri” (HR. Abu Daud dan Ahmad)”
Sudah jelas
tertera dalam hadits bahwa kita tidak diperkenankan untuk berlebih-lebihan
dalam segala sesuatunya. Dan ini juga menjadi bahan introspeksi diri yang
mungkin terkadang kita pernah atau bahkan sering melebih-lebihkan sesuatu dalam
keseharian kita. Kita? Maapkeun saya aja mungkin ya. Faghfirli Allah...
#30DaysWritingChallengeDays25
#ODOPfor99Days25
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Comment disini yak..