Sabtu, 15 September 2012

Malaikat Penghibur Jiwa

September 15, 2012 0 Comments

Siapa yang tidak mendambakan buah hati setelah menikah? Pastinya semua pasangan mendambakan hal itu. Iyalah, of course. Tujuan menikah kan salah satunya itu, mencetak generasi-generasi yang bertanggungjawab terhadap Allah, orangtua dan terhadap bangsanya. Nah, mengenai jumlahnya silakan buat target dan kesepakatan dengan pasangan masing-masing, jumlah yang produktif adalah ketika memiliki banyak anak, minimal 4 lah :D. Tapi kembali lagi serahkan sama Allah itu mah. Ada pasangan yang sengaja tidak ingin memiliki banyak anak, padahal udah dikasih banyak sama Allah, tapi repot katanya. Ada juga pasangan yang sudah bertahun-tahun tetapi belum juga dikaruniai buah hati (kesabaran ekstra kalo ini mah), sampe-sampe mbak Nurul Asmayani membuat sebuah buku dengan judul "Ya Allah, Beri Aku Satu Saja". Kalo mbak Nurul Aulia yang ini buat buku dengan judul apa ya?hehe *krik krik krik, gigit jari, pengen jago nuliiisss. Ahh kembali ke pembicaraan awal. Anak adalah amanah. Ketika Allah mengamanahkan kita memiliki banyak anak ya bismillah, pasti kita bisa merawatnya dengan sangat baik, ada Allah :) karna Allah tidak membebani hambaNya melebihi batas kemampuannya. Dan dekat di sini adalah sebuah keluarga kecil nan sederhana. Mas Qomar dan Mbak Elis, beliau berdua adalah mas dan mbak pemilik kost. Mereka memiliki 3 anak dan yang terakhir baruuuuu banget 4 hari yang lalu lahir ke dunia :), Ialah Salman Fairuz Zaman. Welcome to the world dek :D. Umi sama abi nya mah manggil dede Salman, saya mah dede Fairuz ahh :). Kakaknya yang pertama bernama Muhammad Khoirul Anam, kakaknya yang kedua bernama Qhotrun Nada. Mas Anam berumur 3 tahun, dan mbak Nada berumur 1,5 tahun. Jaraknya sangat dekat sekali. "Uminya mah dulu kepingin jangan terlalu dekat jaraknya, tapi mau gimana lagi Allah ngasihnya saat itu", iya mbak jawab saya saat itu :).

Mas Anam itu sangat aktif sekali, sangat sangat dan sangat. Bandel ga yak? mungkin bisa dibilang seperti itu, tapi bandel wajar, maksudnya usia-usia segitu mah memang lagi sangat produktif belajar mengenal lingkungan. Apalagi laki-laki, kalo umi abi nya ga pinter-pinter mendidik, pasti akan terbawa lingkungan yang semakin hari semakin gak karuan dan ngawur deh. Beda dengan mbak Nada, karna dia perempuan, sifat keibuannya sudah melekat memang dari fitrahnya. Coba aja, tiba-tiba dia mendatangi kasur dede Fairuz trus cium kepalanya (udah ngerti kata cium, hehe), dan tidur disamping adeknya jagain dari nyamuk-nyamuk nakal. Kalian berdua menggemaskan :*. Kecemburuan terkadang menghinggapi kedua kakaknya itu. Misalkan saya menggendong mbak Nada, Mas Anam pasti minta ikut gendong juga. Karna saya ga bisa gendong keduanya, saya turunin dulu mbak nada, trus gendong Mas Anam. Eh giliran ini, mbak Nada yang nangis jejeritan. Huaaaaa... iya dek iya, tante nunu gak akan gendong dua-duanya deh. Kita main bareng aja. Kasian juga terkadang liat Mbak Elis, mengurus kedua anaknya (sebelum dede fairuz lahir). Kalo lagi keduanya rewel, ya ampuuuunnnn butuh berbagai tips and trik untuk membuatnya anteng. Kalo saya lagi ga ada kuliah mah da bisa bantuin ngelonin mbak Nada, atau ngajaknya main. Tapi kalo lagi kuliah, sibuk, anak-anak kost lagi di luar, mbak Elis sendirian deh. Mas Qomar baru pulang sore kerjanya. Kasiaaan, Beginilah resikonya punya anak dengan jarak yang dekat,,

Saat-saat nyuapin dan ngelonin yang saya suka :). Apalagi sampai membuatnya tertidur dengan pulas, hmm ada kepuasan tersendiri bisa membuatnya tidur. Dan kemarin-kemarin, ceritanya belajar gendong dede bayi yang masih merah, si dede Fairuz. Dulu waktu nazwa baru lahir saya mah belum berani menggendong, masih SMP, masih takut gendong bayi baru lahir. Tapi sekarang, walaupun agak khawatir, tapi tetap ingin menggendongnya. Ceritanya kemarin pagi juga gendong (coba ngerasain gendong dede yang masih merah), menatapnya dengan sangat dekat dengan wajah saya, merinding saya, liat kedipan matanya, liat pas lagi nguap, liat pas lagi ketawa (ketawa sama malaikat kata orang-orang sih), liat idungnya yg mancung, liat alisnya yang masih tipis, pegang rambutnya yang tebal, pegang kulit kaki dan tangannya yg masih keriput, pegang pipinya yang lembut, dan cium wajahnya yg sangat sangat sangat mungil, hwaaa berasa jadi ibu beneran deh kemarin pagi. Belajar masangin gurita, belajar popokin si dede, belajar ini dan itu tentang si dede *lagi belajar ceritanya :). Seneng bisa menggendong bayi merah... saat saya menatap si dede dengan sangat dekat dan memperhatikan dengan seksama kedipan matanya, jadi terharu dan tiba-tiba saja meneteskan air bening (untungnya cuma ada mba elis -_-).

Teringat Mamah.... subhanallah perjuangan seorang ibu itu luar biasa. Benar-benar luar biasa. Antara hidup dan mati. Mamah.... baru mengurus hal-hal teknis segini saja tentang dede, Nunu bisa merasakan perjuanganmu, apalagi suatu saat Nunu juga akan mengalami seperti itu, benar-benar mengalami menjadi seorang ibu.  Maha Suci Allah, yang menciptakan tubuh mungil itu dari air mani yang menjadi segumpal darah dan kemudian segumpal daging dan terbentuklah tubuh dengan sempurna. Subhanallah Alhamdulillah Allahu Akbar !! Bersyukurlah kawan, bersyukurlah kau dilahirkan ke dunia ini ! itu artinya kau diberi kesempatan oleh Allah untuk beribadah, beribadah pada Penciptamu. Manfaatkanlah, manfaatkanlah sebaik-baiknya anugrah yang telah Allah berikan. Nikmat yang telah Allah berikan. Sudah beberapa menit kemudian, anteng dipangkuan saya, dede Fairuz nangis, eh eh kenapa ini? kayaknya gendong juga udah bener, tangan saya juga baik-baik aja, berdiri sambil di ayun-ayunin kok, dibaca sholawatan juga, deket jendela yang adem, sepi ga terlalu berisik buat si dede, kenapa ini? aduuhh panik deh saat itu, langsung panggil mbak Elis, dan langsung digendong sama Umi nya, eh ternyata si dede laper, pengen nenen. Alhamdulillah, dikira kenapa dek :). Dede Fairuz adalah malaikat baru yang hadir di rumah sederhana ini, meramaikan dan menjadi penghibur hati ^^. Sayangnya saya tidak di sana lagi :(, tapi Insya Allah silaturahim gak boleh putus ya mbak, Nunu akan sering main ke sana kok Insya Allah ^^. Jadi udah kayak punya 2 kost, malem di kost baru, siang atau sore di kost lama :D


Nurul Aulia dengan dede Salman Fairuz Zaman :)

Kamis, 06 September 2012

dalam diam

September 06, 2012 0 Comments

dalam diam aku berdo'a. dalam renung aku bermuhasabah. dalam kesendirian aku merasa. dalam dinginnya malam aku bersimpuh. dalam derai rintik hujan aku memohon. memohon segenap cita dan cinta yang ada dalam hati. memohon dengan tulus dan lemah lembut. memohon maaf sesadar-sadarnya yang mungkin mengecewakan. kala itu memang jauh berbeda. dan saat ini time is jannah. sangat ingat dengan tausyiah di syuro pagi itu, time is jannah, time is jannah, and time is jannah. i'm come back sholihah, bismillah.

dalam diam aku berdo'a. untuk cita dan cinta karnaMu. ya, demi cita dan cinta. kesabaran. kesabaran. dan lagi kesabaran. hanya kesabaran dan istiqomah yang menguatkan niatan ini. hanya itu. bagaimanapun pilihanMu, Insya Allah berusaha ikhlas menerima. semoga diberi kemudahan jika memang sudah waktunya. dan saat ini hanya do'a, do'a, dan do'a yang bisa saya kencangkan untuk meraih ridhoMu. menunggu dengan terus memperbaiki dan memantaskan diri dihadapanMu. saya serahkan hal itu padaMu wahai Pemilik Hati semua insan.