Kamis, 21 Juni 2012

Kala Hujan



Kata seorang ilmuan, hujan memiliki kemampuan menghipnotis manusia untuk meresonansikan ingatan masa lalu. Di dalam hujan ada lagu yang bisa didengar oleh mereka yang rindu. Setelah dimaknai betul kalimat itu, ternyata benar. Ada kisah klasik tersendiri ketika mendengar dan melihat rintik-rintik hujan, ada kenangan yang seolah-olah ingin kembali menyeruak. Dan entahlah... hujan ini... tiba-tiba mengingatkan aku akan masa putih biru itu. Ko kangen yak? Ko rindu yak? saat-saat perasaan bergejolak ingin sebuah keterakuan bahwa "aku" ini "ada". "aku" ini "bisa". dan "aku" ini "kuat". Apakah memang seperti itu masa remaja? Apakah hanya aku saja yang terlalu bersemangat saat itu? Berusaha kembali bangkit, jatuh, bangkit, jatuh, dan bangkit lagi, bahkan sampai lupa sudah berapa kali aku meminta motivasi beliau. Saat itu... rasanya ingin sekali berontak, ingin sekali menyampaikan hal itu. Namun selalu terdiam ketika berhadapan, selalu bungkam tak mau berkata. Orang itu... telah membuatku merasakan sakit, telah berhasil menggoreskan luka ini, telah berhasil membuat ku paham akan artinya disakiti. Tapi karna kamu, aku jadi tahu betapa bahagianya merasakan cinta, betapa bahagianya merasakan rindu, betapa bahagianya bisa berbagi sesama.

Kamu tahu? aku sangat suka sekali dengan cerita ini.
Ada dua orang sahabat yang pergi jauh bersama. Katakanlah sahabat A dan B. Sampai suatu ketika tiba di suatu pantai, ada seorang tua renta yang meringkih kesakitan karena menahan rasa lapar berhari-hari.  Mereka hanya memiliki sepotong roti. Sahabat A berniat memberikan roti untuk Bapak renta itu. Tetapi sahabat B tidak setuju dengan pendapat A dengan alasan sebagai bekal untuk perjalanan mereka selanjutnya. Akhirnya mereka berselisih pendapat hingga tanpa disadari akhirnya sahabat B menampar sahabat A. Kemudian dengan lemah lembutnya, sahabat A berkata “Hari ini, sahabat baikku menamparku”. Kemudian ia menuliskannya di atas pasir pantai dengan harapan rasa sakit hati itu akan segera hilang tersapu deburan ombak.

Perjalanan pun kemudian dilanjutkan hingga tiba di suatu jalan dengan tebing yang sangat curam. . Berjalan-berjalan-dan-berjalan lagi sampai tiba-tiba A terpeleset dan hampir saja jatuh ke jurang dalam hitungan detik. Dengan wajah pucat pasi, B langsung menggenggam lengan A, menariknya ke atas, kemudian memeluknya dengan sangat erat. Lalu A kembali berkata “Hari ini sahabat baikku menyelamatkan nyawaku”. Kemudian ia menuliskannya di batu besar dengan harapan kebaikan B tidak akan terhapus oleh apapun.

Taukah kamu sahabat ku? Kamu pernah membuat luka di hati ini, namun aku ingin seperti sahabat A yang menuliskan  sakit itu di pasir pantai dengan harapan yang sama bahwa rasa sakit itu akan segera hilang dan menguap karna ombak dan angin. Begitu pun dengan kebaikanmu sahabat ku, aku ingin menuliskannya di batu besar, hingga tidak ada siapapun atau apapun yang dapat menghapusnya kebaikanmu dari hatiku. Insya Allah.

Oh hujan... trimakasih, karna kehadiranmu aku kembali mengingat dan merasakan saat itu. Dengan ini, aku berusaha memberikan yang lebih baik lagi untuk sahabat-sahabat ku di sini, memberikan yang lebih baik untuk keluarga kecil ku di sini, sekali lagi trimakasih hujan kau telah mengingatkanku... :)



*karna hujan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comment disini yak..