Rabu, 02 Mei 2012

Sumber Paralel


Jadi inget mata kuliah elektronika deh. Paralel dan seri itu setelah dipikir-pikir ada 2 pengertian:

Ditinjau dari rangkaian batere dan rangkaian pengguna daya batere.
Dari rangkaian batere: kalo paralel maka daya yang dihasilkan besar tapi itu lebih awet, karena daya yang dialirkan satu per satu, tapi kalo seri walau dayanya besar tapi boros karena penggunaannya langsung dijadikan satu.

Dari rangkaian pengguna batere: batere satu tapi misal lampu-lampu yang dirangkaikan paralel, satu batere itu bisa mengalirkan ke beberapa lampu dan tahan lama, karna dengan paralel penggunaan daya minimal tapi hasilnya maksimal. Tapi untuk seri, daya yang digunakan untuk menyalakan lampu rangkaian seri itu besar, ga cukup satu lampu, karena seri itu daya awal disalurkan ke rangkaian selanjutnya jadi boros. Ibaratnya buat pemikiran, kita harus bisa berpikir paralel. Otak kita (diibaratkan satu batere itu), mampu memikirkan beberapa amanah dan tugas-tugas lainnya (diibaratkan beberapa lampu itu). Dengan daya yang terbatas, bagaimana kita mengatur rangkaian atau strategi-strategi untuk bisa fokus ke beberapa amanah yang ada. Itulah mengapa kita harus bisa berpikir paralel dengan amanah yang diemban.

Bismillah... atur strategi ! atur strategi ! dan atur strategi !
Tahun ini, banyak capaian, banyak harapan, banyak tugas yang mesti diselesaikan.
Dengan itu pula, berarti saya harus mempersiapkan dengan rapih segala yang dibutuhkan untuk kelancaran ikhtiar ini. Jasadiyah, Fikriyah, dan Ruhaniyah. Hamasah ! Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang berusaha.

Kata Imam Syahid Hasan Al-Banna, "Banyak orang yang lahir dan kemudian meninggal namun dunia tidak merasakan keberadaan dan kehilangannya, dan ada juga diantara mereka yang hidup dan meninggalkan dunia dengan mewariskan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain; seperti shadaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak yang salih, namun sangat sedikit orang yang hidupnya memberikan warisan yang sangat baik dan bermanfaat, sehingga pada saat meninggalnya, dirinya tidak meninggalkan dunianya kecuali bersemayam dalam dirinya kemuliaan sejati."

Subhanallah, luar biasa beliau. Perjuangannya untuk menyeru dan menegakkan islam sungguh luar biasa. Itu pada fase dimana kita sampai pada titik akhir kehidupan. Dan salah satunya adalah saat ini saya berusaha untuk itu. Menjadi generasi yang baik, dan generasi yang baik adalah yang meninggalkan generasi yang baik pula. Dan miniaturnya yaitu ketika saya lulus dari kampus ini, saya tidak ingin meninggalkan adik-adik yang seolah-olah kehilangan induknya. yuk merapat, yuk merapihkan kembali. 1 tahun ke depan, insya Allah saya akan memaksimalkan segala potensi, segala daya upaya, mengerahkan segala kemampuan saya untuk kuliah, dakwah dan maisyah.  Semangat membina dan dibina. Semangat mulai berpikir paralel yang lebih kuat.

Jadi teringat perkataan Sayyid Quthb tentang kalimat yang baik:

 “Benar-benar Seperti pohon yang baik” Kata Sayyid Quthb dalam fi zhilalil Qur’an. “Ia kokoh, menjulang tinggi, dan berbuah lebat. Ia kokoh tanpa bisa digoyahkan badai, tak dapat dirobohkan angin kebathilan, dan tak mempan dicangkul kesewenang-wenangan, meskipun semua orang membayangkan bahwa pohon tersebut menghadang bahaya yang besar pada sebagian kesempatan. Ia menjulang tinggi, Berjaya di atas segala kenistaan, kezhaliman, dan kesewenang-wenangan, meskipun sementara orang berkhayal bahwa kejahatan dapat menerpanya di udara. Ia juga berbuah dan buahnya itu tidak pernah berhenti, karena akar-akarnya tumbuh di dalam jiwa-jiwa, terus berkembang dari masa ke masa” lanjut Sayyid Quthb dangan penuh gelora.


Dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahiim, saya memulai proses ini. Berdiri di kaki sendiri, bukan seperti benalu, yang menggantungkan hidup pada inangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comment disini yak..