Sabtu, 14 Juli 2012

Pengokoh Dakwah




Senja ini... beliau memulai halaqoh dengan penuh kekhusyu'an, dengan penuh keteduhan, dengan bashirahnya yang kuat, beliau bisa memahami kondisi mentee nya yang sedang galau, oh tidaaakk embaaaaaa *tau aja >.< Dan dengan lemah lembut beliau memulainya dengan mengucap basmallah.

Baiklah... saya hanya ingin share saja
Bismillahirrahmanirrahiim
Memang seperti itulah dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan ia akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu. Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yang kau cintai. Subhanallah... saya sampai hafal kalimat itu, karna dari seringnya mendengar. Ya, kalimat cinta tentang dakwah dari K.H. Rahmat Abdullah...

"Istiqomah", tidak ada yang dapat mengetahui sebuah keistiqomahan, karna ia adalah sebuah rahasia yang akan terus kita kejar. Dalam dakwah, bukan perjalanan yang mulus-mulus saja, namun penuh lika-liku dan peliknya masalah, maka dari itu, harus ada pengokoh dakwah. Apa saja yang ada dalam pengokoh dakwah? Baiklah, kita coba share satu per satu yuk...
Dalam karakteristik dakwah ada 'Amaliyatudda'wah (Asy-Syarh: 7) ==> Dakwah ada karena ada masalah, dakwah ada karena ada sesuatu yang harus diselesaikan. Karaktersitik utama 'amaliyatudda'wah yaitu jangan mencari zona nyaman dalam dakwah, dakwah itu penuh onak dan duri, dakwah itu pahit, dan hanya sedikit pula yang mau menempuh jalan itu. Namun yakinlah, dibalik itu semua ada sebuah ganjaran besar yang telah Allah persiapkan.

'Amaliyatudda'wah akan senantiasa segar, akan senantiasa berdenyut jika ada bithonatudda'wah (Ali-Imran: 118) yang  artinya teman kepercayaan. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa janganlah menjadikan teman kepercayaan diluar agama islam. Teman kepercayaan ini ibarat kain furing, tidak terlihat namun sangat dibutuhkan *bagi pakaian tipis. Teman kepercayaan ini tidak pernah unjuk gigi, namun fungsional.

Sama halnya ketika dahulu Rasulullah memiliki teman kepercayaan. Ketika dakwah era Mekkah digencat, Hudzaifah yang diminta Rasulullah menginap di kemah Abu Sufyan (musuh) untuk memata-matai. Subhanalllah... begitu besarnya pengorbanan beliau. Bayangkanlah, memata-matai di tempat musuh, akan sangat besar resikonya. Kemudian ada lagi sahabat Rasulullah, lupa tapi namanya siapa -_-, *note: kayaknya mesti buka-buka lagi deh karakteristik dakwah Rasulullah, kalo yang ginian aja lupa, tapi kalo hal yang lain aja inget teruusss, prihatin deh gue :(

Pada intinya sahabat itu (sebut saja Fulan) memegang buku berisi daftar nama-nama orang munafik. Rasulullah berpesan jangan sampai ada orang lain yang tahu, siapapun tak terkecuali. Kala itu Umar ingin sekali tahu daftar nama-nama orang munafik yang ada di buku itu, apakah dirinya termasuk daftar orang-orang munafik itu. Beliau sangat penasaran, tetapi sahabat Rasulullah yang diberi kepercayaan memegang buku itu tetap menolak untuk memberikannya pada Umar, karna sahabat itu sudah diberi kepercayaan Rasulullah dan akan menjaganya walau apapun yang terjadi. Itulah bithonatudda’wah.

Pertanyaannya adalah, sudahkah kita menjadi teman kepercayaan wajihah kita? Sudahkah kita menjadi  kepercayaan qiyadah kita? Dan sudahkah kita menjadi teman kepercayaan kawan-kawan seperjuangan kita? Jawabannya ada dalam diri masing-masing, menjadi bahan renungan diri sendiri juga :(

Nah, mungkin langung saja ke pembahasan intinya yaitu 6 pilar pengokoh dakwah
1.  Dukungan dan sambutan yang beragam (Ali Imran: 146)
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa banyak nabi yang berperang didampingi pengikutnya yang bertaqwa. Didampingi pengikutnya, inilah yang disebut dukungan. Dukungan ini tidak hanya berbentuk dari orang-orang atau pengikutnya saja, tetapi bisa dari keluarga dan materi. Seperti Almarhumah Ustadzah Yoyoh Yusroh, beliau berdakwah didukung oleh keluarganya yang sangat kuat. Kalau kita memiliki waktu dari jam 6 pagi sampai jam 9 malam, sedangkan beliau itu subhanallah sekali sampai jam 3 pagi pun beliau masih berdakwah, ya karna dari keluarganya pun mendukung sangat kuat. Kemudian dukungan dalam bentuk materi. Benar saja, ketika dakwah didukung dari materi yang cukup kuat, maka akan memudahkan. For example ketika sebuah wajihah dakwah ingin mengadakan agenda syiar yang besar-besaran, namun karna tidak ada dana atau sumber dana kurang, maka kelancaran dalam dakwah akan sedikit terhambat. Maka dari itu, kita harus mendekati stake holder yang terlibat atau yang ber-doeit.
2.  Soliditas internal yang kuat (As-Saff: 4)
Ayat ini yang menjadi bagian ayat hafalan favorit ketika tekad 2 kalo gak salah. Yang bunyinya adalah “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh” dan Q.S Ali-Imran: 103.
Disinilah yang biasanya menjadi permasalahan klasik. INTERNAL == > UKHUWAH. Jangan sampai kita yang menjadi trouble maker, janganlah membuat keresahan-keresahan di internal. Hingga retaknya uhuwah yang terbangun. Kalo kata temen satu lingkaran kemarin sebutan hal ini yaitu GGJ, apa itu GGJ? GGJ adalah kependekan dari Galau-Galau Jama’ah. Hehe, mba...mba...ada-ada aje dah. Bagaimana mau show-up ke orang-orang yang tidak menyukai islam (alias musuh-musuh islam) kalo internalnya aje gak solid. Buatlah mereka tersentuh dengan ajakan kita, buatlah mereka bergetar ketika dibacakan ayat-ayat Allah ataupun ketika diucapkan kalimat yang baik. Yuk, kembali solidkan-solidkan, seperti bangunan yang kokoh itu, dimulai dari diri sendiri dulu yak, yuk mari solidkan diri kita masing-masing terlebih dahulu :)
3.  Sistem yang benar dan realistis
Ini jelas menjadi pengokoh dakwah. Bagaimana tidak, sistem ini yang menjadi kekuatan dalam berdakwah, bagaimana strategi-strategi yang dibuat untuk dijalankan oleh penggerak-penggerak yang ada dalam sistem itu. Sistem yang dibuat baiknya ya yang realistis namun tetap optimis akan tercapai visi itu.
4.  Kemampuan dan keahlian yang mumpuni (Al Isra’: 84)
Ini yang sedang saya gali, terus, terus dan terus mencari keahlian yang dimiliki, kalo kata orang-orang si “Baca dirimu, yakinlah bahwa kamu akan menemukan sisi dan potensi yang ada pada dirimu”. Ayo kawaaaannn, mumpung masih jadi mahasiswa, ayo curahkanlah segala potensi yang ada !! manfaatkanlah kesempatan menjadi mahasiswa untuk mengembangkan diri, untuk menemukan talenta yang ada pada diri. Jangan sia-sia kan itu !! dunia kampus ini, mungkin bukan yang sebenarnya, maksud saya masih pembelajaran. Berbeda ketika pasca kampus, ketika kita masuk ke masyarakat. Tuntunan dan persaingan hidup itu akan ada. Tidak ada lagi kata “Jangan ane akh”, “Jangan ane ukh”, “Si Fulan sajalah, ane tidak PD”, “Si Fulan sajalah ane gak bisa” “Ane ada agenda”, dan bla bla bla... bukan seperti itu. Kamu ya harus kamu. Kita ingin menjadi bithonatudda’wah bukan?? Maka persiapkanlah untuk dakwah nyata, pada posisi apapun pasca kampus, harus memberi sumbangsih yang riil, dan yang pasti harus mengenal diri kita sendiri.
5.  Meningkatkan kemampuan berkonfrontasi (Al Anfal: 60)
Kalo kata murobi saya, “Jangan sampai berada pada zona nyaman saja, nanti tidak punya imunitas”. [lagi] sudah disampaikan di awal bahwa dakwah tidak hanya interal saja, tetapi show-up. Konfrontasi di sini tidak selalu negatif, tetapi bagaimana dengan hikmah dan pengajaran yang baik. Inget terus ya Q.S An Nahl ayat 125, salah satu ayat tentang dakwah “bil hikmati wal mau’idhotilhasanah”. Kalo kita rela menghibahkan diri kita untuk dakwah, maka sejatinya kita akan selalu membersamai dakwah itu dengan terus belajar, belajar, dan terus belajar.
6.  Menguatkan iklim tarbiyah (Al Hajj: 77)
Ini nih yang fundamental dalam pengokoh dakwah. HALAQOH. Jadikanlah halaqoh ini sebagai suatu kebutuhan, bukan kewajiban. “Kalo jadi pengurus ya harus halaqoh”, ada kalanya memang seperti itu, tetapi bukan juga dijadikan harus, tetapi saya butuh ini ! kita butuh ruang-ruang halaqoh ini untuk sebuah penjagaan apabila kita futur, ruang-ruang untuk menambah tsaqofah kita. Dan lagi, rasa yang harus dihidupkan dalam sebuah halaqoh. RASA. Jadikanlah rasa itu spesial, dan memang spesial bukan? Bisa merasakan nikmatnya berbagi dengan saudara seiman, merasakan nikmatnya ukhuwah tanpa batas, mengetahui qodoya masing-masing temen lingkaran, sharing apapun itu yang ingin disharing, nikmat kan? Dan ketika mulai mengering, ketika rasa itu mulai pudar, maka CARI lah ! cari lah sebuah rasa untuk menghidupkan kembali. Dengan apa menghidupkannya? Dengan THOLABUL ILMI ! ya, hanya dengan tholabul ilmi kita bisa mendapatkan ruh itu kembali, rasa itu kembali.


Kawan... jadikanlah ruang-ruang itu, aktivitas-aktivitas itu sebagai pintu mendekatkan diri pada Allah, sebagai sarana mendapatkan ridho-Nya. Yuk mari ah perbaiki, mari hidupkan ruh itu kembali. Keep HAMASAH !!
Yang benar datangnya dari Allah, dan yang salah semata-mata dari saya dan mohon perbaikannya.

*sharing with my beloved murobi di senja yang indah :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comment disini yak..