Selasa, 02 Januari 2018

10 Januari berakad

Pada sore hari yang teduh, tepatnya pukul 17.35 WIB. Saat hujan gerimis datang dengan syahdunya dan saya rasa suasana seperti ini adalah sebagai nikmat dari Allah untuk menambah romantisnya saat kami (saya dan suami) berpacaran. Kebetulan suami saya sedang sakit jadilah beliau ijin dari kerjanya untuk hari ini. Kebetulan juga Kakak  Azzam kecapean main seharian ditambah baby message and baby gym pula jadilah ia langsung tidur. 

Kegiatan berpacaran kami yang sangat simple. Suami membaca buku dan saya bersandar di sampingnya sambil memegang jari jemari kokohnya, sambil sesekali scroll down layar handphone saya yang isinya begitu-begitu saja haha. Sambil juga berbincang-bincang ringan namun penuh makna (gak usah dibahas lah ya bincang-bincang intim nya). Dan di sela-sela perbincangan itu, saya berucap pada beliau "Sayang, Nurul bersyukur punya suami kayak mas, alhamdulillaah... tetap rendah hati ya, tetap jadi pribadi yang sederhana" dan beliau berkata "Alhamdulillaah, in  syaa Allah siap Nyonya" :). Sesekali saya menatap wajah teduhnya, sesekali juga saya flashback kejadian lampau yang mempertemukan saya dan beliau.

Sungguh ini adalah campur tangan Allah. Semua sudah tertulis di lauhul mahfudz. Pun bagaimana cara Allah mempertemukan kami berdua. Saat masih lajang, tepatnya saat usia galau-galau nya untuk memikirkan jenjang pernikahan, saya selalu berdoa pada Allah "Allah, pertemukan saya dengan orang sholih yang kelak ia akan menjadi pendamping hidup saya, membimbing saya dan keluarga untuk masuk jannahMu. Dan pertemukanlah kami dengan cara yang  baik, yang Engkau ridhoi. bukan jalan yang Engkau murkai". 


Sampai bulan Juli 2014, saat sedang melaksanakan shaum ramadhan, dan saya bersama teman-teman liqo beritikaf di Masjid At taqwa. Dalam iktikaf pun banyak do'a-do'a yang dipanjatkan pada Allah, dan salah satunya adalah tentang jodoh. Tiba-tiba seminggu sebelum hari raya Idul Fitri, ada seseorang yang bertanya lewat pesan singkat. Inti pertanyaannya "Sudah ada calonnya belum? Kalau belum, boleh saya melamar Bu Nurul?"

Hehe kalau saya ceritakan ulang kembali kejadian dulu pada beliau, akan ada tawa dan sedih dalam raut wajah nya. Tawa ketika malu mengungkapkan segala macam isi hatinya di depan Bapak saya. Pertama kali bertemu dengan Bapak langsung melamar saya, saya pun shock dibuatnya dengan wajah kaget haha. Gimana enggak? kenal aja belum sama Bapak eh tiba-tiba langsung minta aja.  Dalam hati pun berujar, ini lelaki berani banget, ketemu sama saya pun hanya saat saya masih kerja di NF dan itu pun sebentar (kurun waktu 3 pekan) dan enggak tiap hari. Apalagi sama Bapak yang baru pertama kali bertemu. Memang sih sebelumnya saya sudah mengenalkan suami saya (yang saat itu statusnya masih calon) lewat biodata ta'aruf, tapi kan belum bertatap muka. Gak gampang boy, jare Bapak wkwkwk.

Dan sedih nya karena perjuangan untuk menikah memang tidaklah mudah :'(. Mungkin itu juga dirasakan setiap calon pasangan yang akan menikah, dan prosesnya memang berbeda-beda. Terkadang saya juga sedih kalau flashback kisah dahulu. Tapi bukan pengalaman kalau tidak menjadi pelajaran. Dan kami berdua mengambil pelajaran dari semuanya itu, in syaa Allah. Dengan segala proses nya yang panjang, negosiasi yang matang dan doa yang terus berusaha melangit, akhirnya Allah permudah jalannya. 

Tepat tanggal 10 Januari 2015 suami berakad. Alhamdulillah sah...sah...sah...
Langsung mengalir air mata saya saat itu, alhamdulillah ditemani temen-temen liqo yang sudah sedari pagi menunggu. Sedih, senang, haru bahagia dan semuanya campur menjadi satu. Lega rasanya. Setelah sah, langsung saya keluar kamar dan menghampiri suami juga penghulu dimeja akad. Senyum sumringah campur nervous ada dalam raut wajahnya. Dan dengan rasa canggung beliaupun menggandeng tangan saya menuju pelaminan. Itulah kali pertamanya jari jemari kami berpadu saling menggenggam erat. Ah tidak bisa dibayangkan bagaimana perasaan saat itu.. terlalu bahagia :*


Singkatnya, dalam cerita ini saya hanya akan menyampaikan jazakallah teruntuk ayah nya Azzam, Zefry Novizar. Jazakallah khairan katsiiran atas segala lelahnya dalam mencari nafkah untuk keluarga, atas kesabarannya dalam menghadapi saya, atas keikhlasannya dalam membantu pekerjaan rumah tangga, dan atas kesabarannya dalam mendidik :'( juga atas kebaikan-kebaikan lainnya. In syaa Allah, Allah yang akan membalasmu dengan segudang pahala, Ayah. Uhibbukafillah :*


NB: ini tulisan nyampe banget 2 jam, karna Ayah lagi sakit, jadilah disambi ini itu sambil ngurusin Ayah. Syafakallah Ayah Azzam... semoga sakit kali ini menjadi penggugur dosa-dosa yang telah lalu ya :). Dan yang buat saya tersenyum malu-malu adalah saat 'ngerokin' dan mijetin Ayah, Ayah tetiba bilang "Alhamdulillah punya istri kaya Nurul, makasih ya sayang....." Langsung terbang deh idung saya hahahaha.


*hampir 3 tahun masa pernikahan* 10 Januari 2015- 2 Januari 2018

Rabbanaa hablanaa min azwaajina wadzurriyaatina qurrota'ayun waj'alna lilmuttaqiina imaama. Semoga sakinah mawaddah wa rohmah hingga jannah. Aamiin, Allahuma aamiin.

#30DaysWritingChallengeDay1
#ODOPfor99Days1

2 komentar:

Comment disini yak..