Rabu, 10 Januari 2018

Review Buku "Satu Atap Lima Madrasah"



Judul buku  : Satu Atap Lima Madrasah
Penulis       : Kiki Barkiah, S.T.
Editor         : Aditya rawan, S.T.
Penerbit     : CV. Mastakka Global Informa
Cetakan ke : 1, Juni 2017
Tebal buku : 249 halaman
ISBN           : 978-602-73274-3-6


Resolusi 2018 saya salah satu nya adalah dengan membaca buku minimal 1 buku per bulan. Nah, di awal tahun ini alhamdulillah berkesempatan membaca bukunya Teh Kiki Barkiah, alumni Teknik Eleketro ITB. Buku yang beliau tulis sebelumnya berjudul "5 Guru Kecilku", dan kali ini saya sedikit mereview buku beliau dengan judul "Satu Atap Lima Madrasah". Dalam buku ini beliau menceritakan prinsip-prinsip dalam grand design kurikulum homeschooling dengan kelima anaknya. Bahasa yang ringan dan mudah dipahami. Bisa dijadikan teladan dalam mendidik anak. Kenapa bisa dijadikan teladan? Karena memang dalam mendesign kurikulum homeschooling kelima anaknya ini, beliau dan suami meng'godog' nya bukan sehari dua hari tapi sudah sangat lama. Dan lagi kurikulumnya berbasis qur'an dan hadist. Tetapi  kembali lagi, teori parenting itu memang banyaaaak sekali. Dan setiap keluarga pun berbeda-beda situasi dan kondisinya. Jadi, tidak melulu saklek harus menuruti yang ini dan itu, tapi alangkah lebih bijak kembali lagi pada keadaan masing-masing keluarga. 

Balik lagi ke buku nya Teh Kiki... ada beberapa sepenggal kisah yang menarik menurut saya,
Teh Kiki mendidik anak-anak nya dengan penuh kesabaran dan ketelatenan. Saya  sedang membayangkan bagaimana ketika di dalam rumahnya, anak yang kecil minta 'nen', Shidiq dan Shafiya sedang belajar matematika dan bahasa inggris, kemudian Faruq merengek meminta sesuatu dan kondisi rumah dalam keadaan berantakan. Waduuuuuh kepala saya 'ngegeliyeng' mendadak kayaknya. Tapi beliau itu menyikapinya dengan penuh kesabaran. Seolah-olah stok kesabarannya melimpah ruah di dalam rumahnya. Masyaa Allah... Ini nih yang mesti diteladani, kesabarannya melimpah ruah. Itu pula do'a yang selalu terlantunkan dari bibir yang lemah ini Ya Allah. Semoga saya dan suami diberi stok kesabaran yang melimpah ruah dalam hal mendidik anak.

Selain itu, di sini diceritakan pula bagaimana beliau memberikan solusi setiap permasalahan diantara anaknya (termasuk dialog nya), pun dijelaskan bagaimana peran ART homeschooler dalam membersamai anak-anaknya, dijelaskan bagaimana cinta nenek pada cucu-cucu nya, dijelaskan juga bagaimana beliau berdua (Teh Kiki dan suami) mengantarkan anak untuk memiliki cita-cita mulia dan terus menyemangati nya menggapai cita-cita mulia itu. Seperti dikisahkan saat Teh Kiki dan keluarga menjenguk Aa Ali yang berada di pesantren untuk menyelesaikan program hafidz nya.

Berikut cuplikan kalimat Teh Kiki ke Aa Ali (anak sulungnya),
   "Sekarang terserah Aa, Aa yang punya cita-cita menjadi hafidz di usia sebelum 15 tahun. Silahkan Aa yang menentukan kecepatannya. Kalau Aa mau berlama-lama menghafal di pesantren, in syaa Allah ummi dan bapak terus berjuang mencari biayanya. Kalau Aa mau segera pulang dan berkumpul kembali, silahkan berjuang menyelesaikannya".

Dari perkataan di atas, Teh Kiki tidak memaksa Ali untuk segera menyelesaikannya, namun lebih menghadapkan pada pilihan. Teh Kiki mengajak Ali untuk berfikir dan beliau tetap terus menyemangati Ali menuju cita-cita mulia nya (menjadi hafidz sebelum usia 15 tahun).

❤Sepenggal kisah lagi saat Shidiq melihat tetangganya menampakkan auratnya. Lalu Teh Kiki dengan bijaknya menawab setiap pertanyaan-pertanyaan Shidiq. Redaksinya seperti ini, kita tidak bisa mengatur sikap orang lain terhadap perintah Allah, tapi kita bisa mengatur sikap kita pada orang lain agar tetap sesuai denga syariat Allah.

Beberapa hari yang lalu saya pernah posting tentang dialog iman dengan Kakak Azzam. Nah, dalam buku nya Teh Kiki pun dijabarkan bagaimana kita seharusnya mengajarkan  iman terlebih dahulu sebelum ilmu lainnya. Ibarat pohon, keimanan dan ketaqwaan itu adalah akarnya. Buah sama dengan akhlaknya. Jika akar nya kokoh, maka buah yang dihasilkan pun akan berimplementasi akhlakul karimah. Jika imannya sudah kokoh menghujam ke hati, maka ia akan tetap berjalan lurus menuju Rabb nya walaupun orang di sekitarnya jauh dari nilai-nilai syariat.

Setiap kali membaca bab per bab dalam buku ini selalu diiringi baper dan juga terinspirasi dengan gaya mendidik beliau berdua. Saat membaca buku ini tidak dalam satu waktu sekaligus. Tapi dipending lalu baca lagi, pending lalu baca lagi. Maklum emak-emak yang kerjaan rumah tangganya ngga pernah kelar :D. Sebentar kerjaan rumah, sebentar bareng suami, sebentar membersamai Azzam, sebentr bertiga. Dan saat membersamai Azzam ini ngga semulus yang dibayangkan. Ada saat-saat menguras emosi dan menguji kesabaran :'(. Tapi lagi-lagi diingatkan lewat buku ini dan jadilah keluar tangisan penyesalan. Maafkan Mamahmu ini ya Nak,yang kadang masih jauuuuuh dari kata sabar :'(

Mungkin itu sedikit review buku "Satu Atap Lima Madrasah", semoga bermanfaat. Dan semoga juga dalam satu bulan ini bisa membaca sampai tamat at least 2 buku. Waiting list nih, "Rumah Cinta Hasan Al Bana"... lagi nunggu paketan nyampe rumah :D. Tungguin review nya juga ya di next posting ☺☺☺

#30DaysWritingChallengeDay10
#ODOPfor99Days10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comment disini yak..