Minggu, 07 Januari 2018

Mahfudzot

Pengalaman adalah guru terbaik. Sering mendengar kan pepatah itu? Ternyata memang benar, pengalaman adalah guru terbaik. Misalkan punya pengalaman dalam mengikuti olimpiade tingkat nasional, nah kita bisa bercerita pada anak cucu kita seputar pengalamannya dalam mengikuti olimpiade itu. Pernah punya pengalaman traveling ke Turki, nah suatu saat kita bisa jadi guide untuk keluarga ketika traveling ke sana,  atau minimalnya bisa bercerita lagi ke anak cucu kita tentang wisata religi di negara Turki. Semua pengalaman bisa dijadikan guru terbaik kalau kita bisa dengan bijak memaknai setiap pengalaman yang pernah kita lalui.  

Kenapa dengan bijak? karena kalau hanya merasa 'pernah mengalami' terus berlalu begitu saja tanpa mengambil pelajaran dari pengalaman itu, semua nya akan menjadi butiran debu. "Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi, aku tenggelam dalam lautan luka dalam. Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang. Aku tanpamu butiran debu... #jiiiiih malah sing a song jeh hahaha.

Sebenarna saya mau menulis tentang pengalaman saya saat menjadi guru. Menjadi guru TK waktu itu (internship) sebelum menjadi wali kelas 1 (Kelas Sa'ad Bin Abi Waqosh). Alhamdulillah puji syukur pada Allah swt karena telah menempatkan saya menjadi guru TK. Dari pengalaman itu saya belajar bagaimana berinteraksi dengan anak-anak seusia mereka. Setiap pagi diawali dengan berbaris, sing a song and start the day with bismilllah, do'a, dilanjutkan story telling in the morning dst. Salah satu yang saya pelajari dari penglaman menjadi guru TK adalah tentang al mahfudzot. Lulusan pesantren familiar dong ya dengan kata ini? 


Apa arti al mahfudzot? al mahfudzot artinya kalmat-kalimat indah yang berisi kata-kata mutiara, pepatah bijak, hikmah dan falsafah hidup. Nah setiap pekan anak-anak diajarkan untuk menghafal satu kata mahfudzot. Mahfudzot ini menurut saya termasuk salah satu hal penting untuk mengenalkan anak pada bahasa arab dan juga perintah-perintah dan larangan sederhana yang diajarkan islam. Mahfudzot ini kemudian saya adopsi untuk Kakak Azzam, yang sedang homeschooling. Semalam saya buat di lembaran kertas origami dan akan saya tempel di spot-spot tertentu di dalam rumah. Dengan harapan bisa sambil menghafal juga sayanya hehehe. Sebagai contoh...misalkan setiap akan makan, selain berdo'a mau makan saya juga akan mengajarkan Azzam untk berkata "Kul biyamiinika" yang artinya makanlah dengan tangan kananmu. Contoh lain lagi, ketika anak sedang makan berdiri kita berkata "Laa takul qooiman" yng artinya jangan makan sambil berdiri. Kata lain lagi, ketika anak sedang minum sambil berdiri, lalu kita berkata "Laa tasyrob qooiman" yang artinya jangan minum sambil berdiri. Ketika anak kita sedang tantrum atau sedang dalam perasaan marah, maka kita harus berkata "Laa tagdhob walakal jannah" yang artinya janganlah marah surga bagimu. Kebiasaan-kebiasaan kecil ini pun akan mengingatkan kita sebagai orangtua, misalkan ketika kita akan marah kita akan ingat bahwa kita pernah mengajarkan mahfudzot tentang marah pada anak. Jadilah urung niat marahnya hehe...

Sungguh ini akan menjadi perubahan yang signifikan jika kita sebagai orangtua bisa konsisten untuk menerapkannya. Ini gambar di bawah sebenarnya belum semua mahfudzot saya tulis, on going process :). Selamat mencoba di rumah ya ^^


#30DaysWritingChallengeDay7
#ODOPfor99Days7



2 komentar:

  1. anakku yg Tk juga belajar al-mahfudzot mb dan aku jg sambil ingetin dy persis kek mba klo minum jgn berdiri pas lg marah juga heehee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe iya mba... alhamdulillah ini udah berjalan 6 hari semenjak saya berlakukan mahfudzot ini, dan hasilnya... alhamdulillah anak saya jadi ngerti dan sambil belajar bahasa arab juga. Terkadang dia ngikutin akhir kalimatnya aja karna baru 2,3 tahun jadi kosakata belum sempurna. Terus ingetin aja mba, lama kelamaan anak-anak akan terbiasa mba :). trimakasih sudah mampir blog saya mba, salam kenal :)

      Hapus

Comment disini yak..