Sabtu, 06 Januari 2018

Dialog Iman

Mamah: "Siapa Pencipta Azzam?"
Azzam: "Allah"
Mamah: "Apa agama Azzam?"
Azzam: "Iam (islam)"
Mamah: "Siapa Nabi Azzam?"
Azzam: "Hamad (Muhammad)"
Mamah: "Apa kitab Azzam?"
Azzam: "Qu'an (Al qur'an)"

Azzam (2,2 years old)



Itulah sepenggal percakapan saya dan Azzam. Saya sering membuka percakapan dengannya dan diarahkan untuk mengenal Rabb, Penciptanya. Percakapan itu dilakukan dari mulai Azzam bisa berbicara (meskipun baru bisa memanggil kata "Mah" di usia nya pas satu tahun) hingga sekarang terus saya lakukan dan kemudian diimplementasikan menjadi sebuah aktivitas antara ia dengan Allah. Seperti bersama-sama kami berwudhu dan kemudian melaksanakan sholat berjama'ah. Azzam memang belum mengerti apa itu wudhu, apa itu sholat dan apa itu mengaji. Tapi kita sebagai orangtua sudah berkewajiban untuk menjelaskannya, untuk apa ia akukan itu semua? Penjelasannya pun harus disertai dalilnya, baik hadist maupun al qur'an. Misalnya lagi ketika akan makan, kita menyuruhnya, 

"Azzam baca bismillah dulu sayang sebelum makan"

Ia terkadang mengikuti, dan kadang juga tidak. Tetapi jika kita menyuruhnya dengan bahasa ibu dari hati yang paling dalam dengan disertai dalilnya, seperti ini, "Azzam baca bismillah dulu sayang sebelum makan, karna Nabi Muhammad bilang kalau sebelum makan kita harus membaca basmallah dulu, diawali dengan menyebut nama Allah dan in syaa Allah Allah akan senang". In syaa Allah ia akan mengikuti dengan senang hati.

Nah dari sini, kita telah berusaha membiasakan anak kita (juga pada diri kita sendiri) untuk mengacu pada segala yang tertuang dalam al qur'an dan sunnah. Ini tidak mudah lho...sungguh. Secara saya pun masih banyaaaaak sekali ketidaktahuannya akan dalil-dalil yang tertuang dalam qur'an dan hadits. Tapi saya selalu ingat kalimat dalam al qur'an yang bunyinya "Faidza 'azamta fatawakkal'alalloh"..nah ini yang bikin adem...artinya adalah "Apabila kamu telah bertekad maka bertawakkallah pada Allah" 

Sesungguhnya anak itu bukan kertas kosong. Ia seperti spons yang dapat dengan mudahnya menyerap semua yang ia dengar, lihat dan rasakan. Bayangkan jika anak kita sama sekali tidak pernah dikenalkan siapa Penciptanya, apa agamanya, siapa nabinya dan apa kitab nya. Apa jadinya? Wallahu'alam... Itulah tugas kita sebagai orangtua bagaimana mengembangkan fitrah anak-anak menjadi panah yang siap terlepas dari busurnya dan tepat mengenai sasarannya. Menjadi hamba Allah yang taat. Dan mengingatkan lagi hakikat penciptaan kita di dunia itu untuk apa sih? Yuk tengok QS Adz Zariyat: 54
          
            "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah"

Noted: untuk beribadah! Jadi teringat apa yang disampaikan murobbi  2 pekan lalu. Beliau berkata, "Tujuan kita itu hanya satu. BERIBADAH. maka sudah fokus saja untuk mencapainya. Aral melintang  yang membersamai itu sudah sunatullah. Tinggal bagaimana kita menyikapinya dan teruslah berdoa, jangan pernah putus asa dari rahmat Allah".

Diingatkan kembali bahwa segala yang kita lakukan di dunia ini adalah untuk beribadah. Pun sama halnya dengan mendidik anak, bahwa ini adalah ibadah yang menghantarkan kita pada jannah Allah. Tanamkan yang pertama dan utama pada anak adalah IMAN. Iman sebelum mengajarkan pada hal lain yang begitu luas. Setelah mereka (anak-anak kita) merasakan manisnya iman, barulah kita kembangkan pada ilmu Allah yang lainnya yang sangaaaaat luas. Ma syaa Allah... menulis sampe bagian terakhir ini semakin merasa diri ini belum berbuat apa-apa untuk menanamkan iman pada Azzam dan jadi bertambah sedihlah  Allah Ya Ghofiir... Faghfirli Ya Roob. Semua yang salah datangnya dari diri yang lemah ini. Wallahu'alam bishowab.

#30DaysWritingChallengDay5
#ODOPfor99Days5


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comment disini yak..